SESATKAH JAMAAH TABLIGH BAG. 3 : MENGAPA HARUS BERJAMAAH ?

Mereka Berkata, ‘Menagapa Jamaah Tabligh Mesti Berdakwah Dengan Berjamaah?
Bukankah Dakwah dapat Dilakukan denganBersendirian tanpa Berjamaah?

Kepentingan Berjamaah 

Kesatuan umat ini adalah kekuatan hebat yang melebihi senjata canggih manapun. Sebaliknya, jika kesatuan itu hilang dari umat ini, niscaya umat ini akan berdiri rapuh dan keropos, sehingga umat yang mulia ini akan mudah diporakporandakan oleh umat lain.

Meskipun secara fisik saling berbeda bahasa maupun bangsa, namun umat ini telah bersatu dalam kalimat ; Laa ilaha illallah Muhammadur Rasulullah saw., inilah karunia yang tidak terkira nilainya pada umat ini. Allah berfirman;
“.., maka Allah jinakkan diantara hatimu, lalu jadilah kamu karena nikmat Allah orang – orang yang bersaudara.”

Dengan berjamaah, yang susah menjadi mudah, yang berat menjadi ringan, yang jauh menjadi dekat, Rasulullah saw bersabda, “orang mukmin terhadap orang mukmin lainnya, bagaikan satu bangunan yang bagian – bagiannya saling menguatkan.” Apabila bagian – bagian bangunan itu terpisah dari kesatuannya, maka bangunan itu akan goyah dan lemah, bangunan itu menjadi ambruk.
 
Kesatuan umat ini merupakan salah satu syarat untuk kemenangan Islam dan umatnya. Sebagai kekuatan ruhani umat ini, yang mampu mengubah dunia, memberi rasa takut kepada musuh dan mampu mengundang pertolongan Allah. Allah berfirman ; “berapa banyak golongan yang sedikit mengalahkan golongan yang banyak dengan ijin Allah.”

Allah juga mengisyaratkan akan kepentingan jamaah dan persatuannya : “dan sesungguhnya ini adalah umatmu, umat yang satu.” Wahidah…bermakna kesatuan yang utuh, tidak terpecah, erat, dan mesra diantara anggota – anggota kesatuan itu. Hal itu sesuai dengan tuntutan psikologis setiap manusia. Allah berfirman di dalam banyak ayat-Nya; “manusia itu merupakan satu umat.”
“sesungguhnya orang – orang mukmin itu bersaudara.”
“dan berpeganglah kalian semua dengan tali (agama) Allah, dan jangan bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dulu (pada masa jahiliyah) bermusuh – musuhan,maka Allah manyatukan hati kalian, lalu menjadilah hati kalian karena nikmat Allah itu, orang – oran yang bersaudara.”
“dan dialah yang menyatukan hati mereka (orang – orang yang beriman).”
“Muhammad itu pesuruh Allah, dan orang – orang yang besertanya. Keras terhadap kafir – kafir (dan) berkasih sayang diantara mereka (sesama muslim).”
“dan mereka lebih mandahulukan kepentingan orang lain daripada diri mereka sendiri, meskipun mereka dalam keperluan.”
“hai Muhammad,doronglah orang – orang beriman untuk berperang. Jika ada dua puluh orang diantaramu yang berhati sabar, niscaya mengalahkan dua ratus orang. Dan jika ada seratus orang diantaramu, niscaya mengalahkan seribu orang kafir, karena sesungguhnya mereka itu orang – orang yang tidak mengerti. \

Sekarang Allah telah meringankan darimu, dan dia mengetahui bahwa ada kelemahan padamu, maka jika ada seratus orang diantaramu yang sabar niscaya akan mengalahkan dua rstus orang. Dan jika ada seribu orang diantaramu, dpat mengalahkan dua ribu orang dengan jin Allah. Dan Allah bersama orang – orang yang sabar.”
“dan orang – orang yang beriman, laki – lakidan wanita, sebagian mereka (adalah) penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mentaati Allah dan Rasulnya. Mereka akan dirahmati oleh Allah. Sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha Bijaksana.”

“sesungguhnya Allah menyukai orang – orang yang berperang dijalannya dalam barisan teratur bagaikan suatu bangunan yang tersusun kokoh.”
Dari ayat – ayat tersebut di atas,maka dapat diketahui betapa penting kaum muslimin satu hati, satu pikir dan satu gerak dlam mewujudkan agama yang sempurna dalam kehidupan umat.

Kesatuan Generasi Awal Umat Muhammad saw.
Pada masa Rasulullah saw., telah wujud tipe ideal masyarakat Islam yang sempurna yang diibaratkan satu tubuh yang tidak dapat dipecah – belah. Dan dari masyarkat tersebut terbentuk pribadi – pribadi muslim yang sempurna, dan menciptakan kehidupan yang damai nan sentosa. Beliau saw bersabda, “perumpamaan orang – orang mukmin dalam saling mengasihinya, dan saling menyayanginya, dan saling menyantuninya bagai satu tubuh. Apabila satu anggota tubuh itu menderita sakit, akan ikut menderita juga seluruh anggota tubuh lainnya tanpa dapat tidur dan demam.”

Pada saat itu umat hidup dalam kesatuan, kasih sayang, dan persaudaraan. Tiada kezhaliman dan ketidakadilan. Semua syariat Islam dapat dilaksanakan dengan sempurna oleh semua lapisan kaum muslimin. Tidak ada perbedaan antara mereka dalam melaksanakannya.

Hal itu telah menimbulkan gelombang kekuatan yang dahsyat, yang tidak dapat dibendung oleh kekuatan manapun, sehingga dapat menumbangkan raksasa Romawi dan Persia. Umat islam telah menjadi mercusuar kebenaran bagi seluruh umat manusia. Bendera Khoiru umat telah terpancang dan berkibar menguasai dunia.
Itulah yang didambakan. Betapa indah dan kuat jika bersatu di bawah naungan Islam. Berjuta – juta orang bergerak dari seantero bumi ini sebagai satu saudara, satu tubuh, satu umat, satu hati, satu tujuan, satu Rabb, satu Nabi, satu syariat, dan satu Islam.

Itulah jamaah Rasulullah saw., beliau telah membentuk sifat para sahabatnya dan mencetak mereka menjadi ribuan Alquran hidup yang bergerak diantara manusia. Beliau saw telah membangun kejayaan Islam dengan menegakkan pondasi dakwah melalui mempersaudarakan antara muhajirin dan anshar dan mnyatukan hati suku aus dan khazraj, menjadikan satu barisan yang rapi di bawah panji islam. Berkali kali yahudi berusaha mengadu domba dan merobek – robek persahabatan mereka. Namun Nabi saw menghimpun mereka kembali, dan menegur mereka dengan keras, “apakah perangai jahiliyah (yang kamu cari) padahal aku berada di tengah kalian, setelah Allah memimpinmu kepada Islam dan memuliakanmu dengannya?!”

Perasaan Umat dalam Sendi – Sendi Agama
Hampir seluruh sendi syariat Islam mengandung pendidikan untuk kesatuan dan persatuan umat. Misalnya, aqidah islamiyah dibersihkan dari segala nafsu jahat yang merusak ukhuwah. Puasa untuk melatih mental dan fisik untuk memperhalus hati dan jiwa muslim. Dalam ibadah haji, kaum muslimin bercampur dengan berbagai perbedaan, sehingga tumbuh rasa kesatuan umat Islam Sedunia. Dalam berdoa pun, kita dididik untuk memohon ampun bagi seluruh kaum muslimin. Dan berbagai syariat Islam lainnya yang mendidik kaum muslimin agar memelihara keutuhan jamaah.

Kita sangat memerlukan jamaah dan persatuan. Namun yang berasas pada keimanan sangatlah kurang. Apapun jamaah yang tidak berasaskan keimanan, maka ukhuwah antara umat akan banyak diwarnai oleh kepentingan pribadi atau golongan. Jamaah seperti itu adalah semu dan rapuh. Cepat atau lambat, akan mudah hancur atau dihancurkan.

Sedangkan jamaah yang berasaskan keimanan dan ketakwaan, tentu akan melahirkan mahabbah dan kemuliaan. Patut Allah memerintahkan kita untuk bergaul dengan orang – orang yang bertakwa.
”teman – teman akrab pada hari itu, sebagaimana menjadi musuh sebagian yang lain, kecuali orang – orang yang bertakwa.”
Rasulullah saw bersabda, “tidak beriman seorang darimu, sehingga ia mencintai sudaranya sebagaiman ia mencintai dirinya sendiri.”

Jamaah Umat Islam Dewasa ini

Musuh – musuh Islam sangat memahami potensi umat Islam yang demikian besar itu jika umat ini bersatu. Atas dasar itu mereka berusaha keras untuk merusak kesatuan umat ini dan memecah belahnya.
Kita terpaksa harus mengakui bahwa tujuan musuh – musuh Islam untuk memecah belah umat, sudah banyak tercapai. Kita telah dirusak dengan rasa sentimen, egois, dan golongan. Dan akibatnya, kaum muslimin mustahil akan berjaya atas dasar perpecahan dan permusuhan. Jika ahli dunia dan ahli politik berpecah belah atas dasar keduniaan dan berjalan dengan cara sendiri – sendiri, itu wajar dan sesuai dengan sifat dunia yang memecah belah dan mewariskan permusuhan. Namun jika hal itu terjadi dalam hal usaha agamadalam rangka menumbuhkan persatuan umat, maka jelas hal ini sangat berbahaya.

Kepentingan pribadi, telah merusak ‘jamaah hebat’ ini. Virus perpecahan telah meresap ke dalam pori – pori seluruh lapisan umat ini. Sebutan ‘kaum muslimin’ hanya digunakan untuk kepentingan yang sangat terbatas. Umat Islam sudah tidak sebagai ‘umat’ lagi, tidak lagi seperti satu tubuh, sehingga lebih mudah untuk berburuk sangka, mudah di adu domba, mudah dipecah belah, mudah saling mencela dan semua itu membuat umat telah tertindas dan terhina.

Berdakwah Secara Berjamaah
Allah berfirman, “dan berpeganglah kalian semua kepada  tali (agama) Allah, dan jangan bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa jahiliyah) bermusuh – musuhan, maka Allah menyatukan hati kalian, lalu menjadilah hati kalian karena nikmat Allah orang – orang yang bersaudara.”
 
Ustadz Muhammad Abduh berkata dalam Tafsir al manar, “sesungguhnya Allah dengan keutamaan dan kasih sayang-Nya telah meletakkan bagi kita suatu kaidah, yang kita patut kembali kepadanya tatkala hawa nafsu berpecah dan pendapat - pendapat berselisih.dan bahwa ia merupakan pelaksanaan untuk mempersatukan keinginan dan kehendak mereka, dan merupakan suatu kaidah yang benar bahwa suatu kaum tidak akan berdiri tegak kecuali mereka memiliki perkumpulan yang dapat menyatukan dan mengumpulkan mereka dan memiliki keterikatan antara satu dengan yang lainnya, maka dengan demikian akan menjadi umat yang hidup sepertihalnya jasad yang satu sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits.

Dan hadits menyebutkan, “seorang mukmin bagi Mukmin yang lainnya bagaikan bangunan yang menguatkan satu dengan yang lainnya.
Beliau juga berkata, “..maka tidaklah ragu bahwa orang – orang mukmin lebih berhak dan lebih utama dengan persatuan daripada selain mereka, karena orang – orang mukmin berkeyakinan bahwa mereka hanya memiliki tuhan yang satu, yang mereka akan kembali kepada-Nya dan hukum – hukum –Nya dalam segala urusan mereke. Yang hukumnya lebih tinggi dari segala nafsu – nafsu yang dapat merubah tanpa ada perpecahan dan perselisihan.

Dan tatkala setiap perkumpulan dan persatuan memiliki penjaga – penjaga yang menjaganya. Allah telah menunjukkan kita yang dapat menjaga perkumpulan kita yang merupakan sumber kesatuan kita dan pembangkit untuk berpegang teguh dengan agamanya, maka Allah berfirman,
“dan hendaklah ada diantara kalian, yang menyeru kepada kebajikan, mengajak yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar. Dan merekalah orang orang yang beruntung.”
Maka amar ma’ruf nahi mungkar merupakan penjaga bagi umat dan sebagai dinding serta pagar kesatuan.”selesai.

Mari kita perhatikan alinea terakhir dari ungkapan di atas; ‘bahwa amar ma’ruf nahi mungkar merupakan dinding penjaga bagi umat dan sebagai dinding serta pagar persatuan’.
Mengenai firman Allah;
‘berpegang teguhlah dengan tali Allah seluruhnya.’

syaikh Ilyas berkata, “saudara – saudara! Sekarang ini ‘kufur ilhad’(pada zhahirnya beriman, tetapi menolak berittiba’ kepada para sahabat, tabi’in, dan alim ulama) mempunyai kekuatan yang sangat besar. Untuk menghancurkan kekuatan kufur tersebut tidak dapat dijalankan dengan perbaikan individu. Untuk itu harus dihancurkan dengan usaha yang sungguh – sungguh dengan cara ijtima’ (berjamaah seluruh kaum muslimin).”
Imam Al – izz Abdussalam berkata, “keberadaan orang – orang yang menegakkan kewajiban dakwah ilallah serta amar ma’ruf nahi munkar merupakansuatu umat yang harus ada kepemimpinan yang mengatur di dalamnya, karena urusan jamaah tanpa ada kepemimpinan, akan menjadi rusak dan kacau. Dan setiap perkumpulan yang tidak ada kepemimpinan, akan menjadi rusak dan kacau.”

Demikian juga dalam dakwah ilallah. Terdapat pengaturannya dalam kepengurusannya; ada yang diarahkan untuk berdakwah kepada non muslim dan ada pula yang diarahkan untuk menuntun kaum muslimin di negerinya masing – masing.

Sesungguhnya arti umat adalah untuk menjadikan setiap individu yang ada di dalamnya memiliki kesatuan tujuan dari setiap amalan dan perjalanan mereka. Dan jika tujuan saling berbeda, maka akan rusaklah. Untuk itu setelah ayat tersebut adalah ayat yang mencegah berpecah belah dan berikhtilaf.

Kemudian setelah Allah memerintahkan agar terbentuk dari kita suatu umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar, Allah menerangkan bahwa mereka itulah orang-orang yang beruntung. Karena merekalah yang menegakkan agama dan menjaga batasan-batasannya, dan dengan mereka pulalah akan terwujud kesatuan yang dituju. Kita dicegah dari berpecah belah dan berselisih yang akan menghilangkan persatuan tersebut dalam menegakkan dakwah agama, maka Allah berfirman,
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka.”
Umat ini seperti tubuh yang satu. Dan amar ma’ruf nahi mungkar adalah makanan gizinya, sehingga menjadikan umat ini menjadi kuat.

Syaikh Al-Izz bin Abdissalam rah.a. berkata, “Ayat ini merupakan dalil atas kewajiban agar (ada kesatuan) tujuan umat yang berdakwah. Seolah-olah ayat tersebut berkata, “Tidak mungkin akan terbentuk oleh kalian suatu umat untuk berdakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar, kecuali jika terkumpul di atas satu maksud. Dan perselisihan yang mendatangkan perpecahan tujuan.”

Imam Rozi berkata, “Jika kamu sadar akan ketahui bahwa kebanyakan ulama di zaman ini telah tersifati oleh sifat ini (perpecahan), maka kita mengharap kepada Allah ampunan dan rahmat-Nya.
Syaikh Nizhamuddin Al-Hasan An-Nisaburi dalam kitab tafsirnya mengatakan setelah menyebut perpecahan tokoh-tokoh agama dan perselisihan mereka, “Semoga kita sadar bahwa kebanyakan para ulama zaman sekarang terkena sifat ini (perpecahan), maka kita mengharap kepada Allah perlindungan dan kebenaran-Nya.

Imam Al-Izz bin Abdissalam rah.a. mengatakan, “Dan yang sangat menakjubkan, bahwa para tokoh ulama dalam kurun pertengahan terpergok dalam keadaan buruk sebagai ulama yang dijuluki oleh Al-Ghazali dengan ulama suu’ dan mereka belum berusaha untuk mengobati penyakit ini, yaitu perpecahan, dan tidak menerima kebenaran, bahwa obat dari perpecahan tersebut adalah sebagaimana yang Allah sifatkan dalam kitab-Nya, yaitu membentuk umat yang mengajak untuk berpegang teguh dengan agama Allah dan menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.”

Kemudian Syaikh Al-Izz rah.a. mengajukan pertanyaan, “Apakah kaum muslimin sudah menegakkan perkara kebaikan dan mencegah dari larangan kemungkaran, yaitu membentuk umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar dan tidak berpecah belah serta berselisih?”

Alhamdulillah! Jamaah dakwah dan tabligh telah menegakkan amalan ini dan telah menunaikan perintah bersatu, dan sesungguhnya tujuan mereka hanyalah satu, yaitu mengarahkan kaum muslimin untuk berpegang teguh tehadap agama secara menyeluruh.

Pengiriman Jamaah untuk Berdakwah

Jamah dakwah dan Tabligh senantiasa berusaha mengikuti jejak langkah teladan terbaik dalam dakwah, yaitu Nabi saw, beserta para sahabatnya. Dan berikut ini adalah beberapa riwayat yang menyebutkan jamaah- jamaah dakwah yang dikirim pada masa Nabi saw.;
·                     Jamaah Abdurrahman bin Aufra.
Ibnu Umar ra. meriwayatkan, “Pada suatu hari, Rasulullah saw, memanggil Abdurrahman bin Auf, lalu bersabda, “Bersiap-siaplah, aku akan mengutusmu dengan suatu jamaah. “Kemudian Abdurrahman bin Auf ra. menyusul kawan-kawannya yang telah mendahuluinya, lalu mereka berjalan bersama-sama hingga sampai ke suatu tempat yang bernama Dummatul Jandal. Ketika jamaah sampai ke daerah tersebut, maka selama tiga hari mereka berusaha untuk mengajak penduduk situ untuk masuk Islam.
Pada hari ketiga, ada seorang yang bernama Asbagh bin Amar Al-Kalbi masuk Islam. Sebelumnya dia beragama Nasrani. Dia adalah seorang penghulu kaum. Kemudian Abdurrahman bin Auf menulis surat kepada Rasulullah saw, yang disampaikan oleh Rafi’ bin Muksin Al-Jauhani, yang melporkan segala sesuatu yang terjadi. Kemudian Rasulullah saw menulis surat kepada Abdurrahman bin Auf, yang isinya agar Abdurrahman bin Auf ra. mengawini putri Asbagh.
Merekapun menikah. Putri Asbagh bernama Tumadhir. Dan dari perkawinan itu lahir seorang putra yang bernama Abu Salamah bin Abdurrahman.”
·                     Jamaah Amar bin Ash ra.
Dari Muhammad bin Abdurrahman At-Tamimi ra., bahwa Rasulullah saw, mengutus Amar bin Ash ra. untuk mengajak orang-orang Arab agar masuk Islam. Karena Ash bin Wail, neneknya Amar bin Ash, berasal dari Banu Bali, maka Amr bin Ash pun dikirim ke Kabilah Banu Bali agar dapat mempengaruhi mereka, dengan sebab adanya ikatan keluarga.
·                     Jamaah Khalid bin Walidra
Barra ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw, mengirim Khalid bin Walid ke Yaman agar mengajak mereka untuk masuk Islam. Barra berkata, “Aku juga termasuk jamaah itu. Kami tinggal disana selama enam bulan. Khalid ra. senantiasa mengajak mereka untuk masuk Islam, tetapi mereka menolak ajakan kami. Kemudian Rasulullah saw mengutus Ali bin Abi Thalib ke sana, dan memerintahkan kepada Khalid ra. utuk kembali dengan seluruh jamaah kecuali orang yang mau menemani Ali disana. “Dan Barra berkata, “Akulah yang menemani Ali selama disana. Ketika kami betul-betul dekat dengan penduduk Yaman, maka mereka keluar dan datang kehadapan kami! Lalu Ali ra. mengatur shaf mereka untuk mengerjakan sholat. Lalu Ali menjadi imam dalam shalat kami. Setelah shalat, Ali membacakan isi surat Rasulullah saw, kepada mereka, karena isi surat itu Rasulullah saw, tersebut, maka seluruh Banu Hamdan masuk Islam. Kemudian Ali bin Abi Thalib memberitahukan kejadian ini kepada Rasulullah saw, lewat surat. Setelah beliau saw, mendengar berita itu, maka beliau saw, langsung bersujud syukur kepada Allah dan setelah mengangkat kepala, beliau saw, mendo’akan Banu Hamdan, “Keselamatn bagi Banu Hamdan, keselamatan bagi Banu Hamdan!”
Juga diriwayatkan, bahwa ketika Khalid berdakwah ke Banu Harits bin Ka’ab di Najran, ia mengutus beberapa orang untuk menyeru penduduk tersebut, “Wahai penduduk! Masuklah kedalam Islam agar kamu selamat!” maka dengan ajakan ini mereka semua masuk Islam.

·                     Jamaah Abdu Qais
Ibnu Abbas ra. menceritakan, bahwa Abdu Qais datang bersama jamaah ke tempat Rasulullah saw. Setibanya disana, maka beliau berkata, “Aku ucapkan selamat datang kepada jamaah Abdu Qais. “Mereka menjawab, “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami tidak dapat sampai ke tempat ini karena kami melewati Banu Mudhar, kecuali kami hanya dapat datang pada bulan-bulan yang diharamkan berperang. Oleh sebab itu ajarkanlah kepada kami suatu amalan yang dapat membawa kami masuk surga, dan kami akan menyampaikannya kepada kabilah kami yang tidak dapat ikut.” Mendengar hal ini, beliau berkata, “Aku perintahkan kepadamu empat hal dan jauhilah empat hal, yaitu: hendaklah beriman kepada Allah dengan bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan menginfakkan 1/5 bagian dari harta rampasan. Dan aku melarangmu dari empat hal, yaitu: Jauhilah meminum minuman keras, baik itu dari perasan anggur, gandum, kurma, atau thalis, juga meriwayatkna seperti ini, namun dibagian akhirnya ditambah, Rasulullah saw, berkata, “Ingatlah hal itu dan kalian sampaikanlah kepada mereka yang tidak ikut.” 

·                     Jamaah Abu Malik
Abu Malik Al-Anshari ra. berkata, “Rasulullah saw, mengirim kami dalam sebuah rombongan dan Sa’ad bin Abi Waqqas ditunjuk untuk memimpin kami. Kami pun berangkat. Ketika kami berhenti di suatu tempat untuk beristirahat, salah seorang dari kami berdiri lalu menunggangi kendaraannya. Aku bertanya kepadanya, “Hendak pergi kemanakah kamu?” Dia menjawab, “Aku akan pergi mencari rumput. “Aku katakan kepadanya,”Jangan lakukan hal itu sebelum kamu meminta ijin dulu dari pimpinan rombongan.”Kami mendatangi Abu Musa Al-Asy’ari (pada waktu itu ia pemimpin pasukan) lalu kami melaporkan mengenai orang itu. Dan ia menjawab,”Mungkin kamu ingin kembali menemui keluargamu?” Orang itu menjawab, “Tidak.” Abu Musa berkata,”Ulangilah apa yang kamu katakan itu.” Dia menjawab, “Tidak,” maka Abi Musa berkata, “Jika begitu, pergilah dan berjalanlah di atas jalan hidayah.” Maka orang itu pun pergi dan pada malam harinya dia kembali, Abu Musa bertanya kepadanya, “Mungkin kamu pergi menemui keluargamu?” Dia menjawab “Tidak.“ Abu Musa bertanya lagi, “Ulangilah, apa yang kamu katakan.” Dia menjawab, “Ya, benar aku pergi ke rumah.” Abu Musa berkata, “Engkau pergi ke rumah seperti berjalan di atas api. Selama kamu duduk disana, maka seperti duduk diatas api. Dan kamu kembali setelah berjalan di atas api. Oleh karena itu sekarang perbaharuilah amalmu. Supaya menjadi kifarah atas dosamu.”

Abu Tsalabah Al-Husni ra. meriwayatkan, “Orang-orang apabila berhenti di tempat peristirahatan, maka mereka langsung bercerai-berai. Menyebar diantara lembah-lembah, sehingga Rasulullah saw, bersabda, “Penyebaranmu diantara lembah-lembah itu menuju kearah syetan.” Setelah ada sabda dan Nabi saw, seperti itu, dimanapun pasukan Islam berhenti, maka mereka tinggal berkumpul.”

Baihaqi meriwayatkan bahwa, setelah itu para sahabat memilih tempat beristirahat dekat-dekat, sehingga dikatakan apabila mereka membentangkan selimutnya, maka akan menutupi kaum muslimin yang lainnya.

Muadz Az-Zuhaimi ra. berkata,”Dalam suatu peperangan aku bersama Rasulullah saw., di suatu tempat kami beristirahat, mereka mencari tempat peristirahatan menyebar sehingga tempat tersebut bagi mereka menjadi sempit dan jalanpun tertutup.” Melihat hal itu Rasulullah saw, mengumumkan, bahwa barang siapa menjadikan sempit tempat beristirahat atau yang menutup jalan-jalan, maka tidak ada jihad baginya, artinya dia tidak akan mendapatkan pahala jihad.”

Demikianlah pembahasan mengenai gerakan dakwah Jamaah Tabligh yang dilakukan dengan berjamaah. Hal itu, bukanlah sesuatu yang mengada-ada tetapi termasuk dari cara dakwah yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw. dan para sahabatnya.

Sumber : e-book pikir sesaat untuk agama
Share on Google Plus

About Rizal Palangiran

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

WHAT IS YOUR OPINION?