Mereka Berkata, ‘Menagapa Jamaah
Tabligh Mesti Berdakwah Dengan Berjamaah?
Bukankah Dakwah dapat Dilakukan
denganBersendirian tanpa Berjamaah?
Kepentingan Berjamaah
Kesatuan umat ini adalah kekuatan
hebat yang melebihi senjata canggih manapun. Sebaliknya, jika kesatuan itu
hilang dari umat ini, niscaya umat ini akan berdiri rapuh dan keropos, sehingga
umat yang mulia ini akan mudah diporakporandakan oleh umat lain.
Meskipun secara fisik saling berbeda
bahasa maupun bangsa, namun umat ini telah bersatu dalam kalimat ; Laa ilaha
illallah Muhammadur Rasulullah saw., inilah karunia yang tidak terkira nilainya
pada umat ini. Allah berfirman;
“.., maka Allah jinakkan diantara
hatimu, lalu jadilah kamu karena nikmat Allah orang – orang yang bersaudara.”
Dengan berjamaah, yang susah menjadi
mudah, yang berat menjadi ringan, yang jauh menjadi dekat, Rasulullah saw bersabda,
“orang mukmin terhadap orang mukmin lainnya, bagaikan satu bangunan yang bagian
– bagiannya saling menguatkan.” Apabila bagian – bagian bangunan itu
terpisah dari kesatuannya, maka bangunan itu akan goyah dan lemah, bangunan itu
menjadi ambruk.
Kesatuan umat ini merupakan salah
satu syarat untuk kemenangan Islam dan umatnya. Sebagai kekuatan ruhani umat
ini, yang mampu mengubah dunia, memberi rasa takut kepada musuh dan mampu
mengundang pertolongan Allah. Allah berfirman ; “berapa banyak golongan yang sedikit
mengalahkan golongan yang banyak dengan ijin Allah.”
Allah juga mengisyaratkan akan
kepentingan jamaah dan persatuannya : “dan sesungguhnya ini adalah umatmu,
umat yang satu.” Wahidah…bermakna kesatuan yang utuh,
tidak terpecah, erat, dan mesra diantara anggota – anggota kesatuan itu. Hal
itu sesuai dengan tuntutan psikologis setiap manusia. Allah berfirman di dalam
banyak ayat-Nya; “manusia itu merupakan satu umat.”
“sesungguhnya orang – orang mukmin
itu bersaudara.”
“dan berpeganglah kalian semua dengan
tali (agama) Allah, dan jangan bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepada
kalian ketika kalian dulu (pada masa jahiliyah) bermusuh – musuhan,maka Allah
manyatukan hati kalian, lalu menjadilah hati kalian karena nikmat Allah itu,
orang – oran yang bersaudara.”
“dan dialah yang menyatukan hati
mereka (orang – orang yang beriman).”
“Muhammad itu pesuruh Allah, dan
orang – orang yang besertanya. Keras terhadap kafir – kafir (dan) berkasih
sayang diantara mereka (sesama muslim).”
“dan mereka lebih mandahulukan
kepentingan orang lain daripada diri mereka sendiri, meskipun mereka dalam
keperluan.”
“hai Muhammad,doronglah orang –
orang beriman untuk berperang. Jika ada dua puluh orang diantaramu yang berhati
sabar, niscaya mengalahkan dua ratus orang. Dan jika ada seratus orang
diantaramu, niscaya mengalahkan seribu orang kafir, karena sesungguhnya mereka
itu orang – orang yang tidak mengerti. \
Sekarang Allah telah meringankan darimu,
dan dia mengetahui bahwa ada kelemahan padamu, maka jika ada seratus orang
diantaramu yang sabar niscaya akan mengalahkan dua rstus orang. Dan jika ada
seribu orang diantaramu, dpat mengalahkan dua ribu orang dengan jin Allah. Dan
Allah bersama orang – orang yang sabar.”
“dan orang – orang yang beriman,
laki – lakidan wanita, sebagian mereka (adalah) penolong bagi sebagian yang
lain. Mereka menyuruh yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, dan mentaati Allah dan Rasulnya. Mereka akan
dirahmati oleh Allah. Sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha Bijaksana.”
“sesungguhnya Allah menyukai orang –
orang yang berperang dijalannya dalam barisan teratur bagaikan suatu bangunan
yang tersusun kokoh.”
Dari ayat – ayat tersebut di
atas,maka dapat diketahui betapa penting kaum muslimin satu hati, satu pikir
dan satu gerak dlam mewujudkan agama yang sempurna dalam kehidupan umat.
Kesatuan Generasi Awal Umat Muhammad saw.
Pada masa Rasulullah saw., telah
wujud tipe ideal masyarakat Islam yang sempurna yang diibaratkan satu tubuh
yang tidak dapat dipecah – belah. Dan dari masyarkat tersebut terbentuk pribadi
– pribadi muslim yang sempurna, dan menciptakan kehidupan yang damai nan
sentosa. Beliau saw bersabda, “perumpamaan orang – orang mukmin dalam saling
mengasihinya, dan saling menyayanginya, dan saling menyantuninya bagai satu
tubuh. Apabila satu anggota tubuh itu menderita sakit, akan ikut menderita juga
seluruh anggota tubuh lainnya tanpa dapat tidur dan demam.”
Pada saat itu umat hidup dalam
kesatuan, kasih sayang, dan persaudaraan. Tiada kezhaliman dan ketidakadilan.
Semua syariat Islam dapat dilaksanakan dengan sempurna oleh semua lapisan kaum
muslimin. Tidak ada perbedaan antara mereka dalam melaksanakannya.
Hal itu telah menimbulkan gelombang
kekuatan yang dahsyat, yang tidak dapat dibendung oleh kekuatan manapun,
sehingga dapat menumbangkan raksasa Romawi dan Persia. Umat islam telah menjadi
mercusuar kebenaran bagi seluruh umat manusia. Bendera Khoiru umat telah
terpancang dan berkibar menguasai dunia.
Itulah yang didambakan. Betapa indah
dan kuat jika bersatu di bawah naungan Islam. Berjuta – juta orang bergerak
dari seantero bumi ini sebagai satu saudara, satu tubuh, satu umat, satu hati,
satu tujuan, satu Rabb, satu Nabi, satu syariat, dan satu Islam.
Itulah jamaah Rasulullah saw.,
beliau telah membentuk sifat para sahabatnya dan mencetak mereka menjadi ribuan
Alquran hidup yang bergerak diantara manusia. Beliau saw telah membangun
kejayaan Islam dengan menegakkan pondasi dakwah melalui mempersaudarakan antara
muhajirin dan anshar dan mnyatukan hati suku aus dan khazraj, menjadikan satu
barisan yang rapi di bawah panji islam. Berkali kali yahudi berusaha mengadu
domba dan merobek – robek persahabatan mereka. Namun Nabi saw menghimpun mereka
kembali, dan menegur mereka dengan keras, “apakah perangai jahiliyah (yang kamu
cari) padahal aku berada di tengah kalian, setelah Allah memimpinmu kepada
Islam dan memuliakanmu dengannya?!”
Perasaan Umat dalam Sendi – Sendi Agama
Hampir seluruh sendi syariat Islam
mengandung pendidikan untuk kesatuan dan persatuan umat. Misalnya, aqidah
islamiyah dibersihkan dari segala nafsu jahat yang merusak ukhuwah. Puasa untuk
melatih mental dan fisik untuk memperhalus hati dan jiwa muslim. Dalam ibadah
haji, kaum muslimin bercampur dengan berbagai perbedaan, sehingga tumbuh rasa
kesatuan umat Islam Sedunia. Dalam berdoa pun, kita dididik untuk memohon ampun
bagi seluruh kaum muslimin. Dan berbagai syariat Islam lainnya yang mendidik
kaum muslimin agar memelihara keutuhan jamaah.
Kita sangat memerlukan jamaah dan
persatuan. Namun yang berasas pada keimanan sangatlah kurang. Apapun jamaah
yang tidak berasaskan keimanan, maka ukhuwah antara umat akan banyak diwarnai
oleh kepentingan pribadi atau golongan. Jamaah seperti itu adalah semu dan
rapuh. Cepat atau lambat, akan mudah hancur atau dihancurkan.
Sedangkan jamaah yang berasaskan
keimanan dan ketakwaan, tentu akan melahirkan mahabbah dan kemuliaan. Patut
Allah memerintahkan kita untuk bergaul dengan orang – orang yang bertakwa.
”teman – teman akrab pada hari itu,
sebagaimana menjadi musuh sebagian yang lain, kecuali orang – orang yang
bertakwa.”
Rasulullah saw bersabda, “tidak
beriman seorang darimu, sehingga ia mencintai sudaranya sebagaiman ia mencintai
dirinya sendiri.”
Jamaah Umat Islam Dewasa ini
Musuh – musuh Islam sangat memahami
potensi umat Islam yang demikian besar itu jika umat ini bersatu. Atas dasar
itu mereka berusaha keras untuk merusak kesatuan umat ini dan memecah belahnya.
Kita terpaksa harus mengakui bahwa
tujuan musuh – musuh Islam untuk memecah belah umat, sudah banyak tercapai.
Kita telah dirusak dengan rasa sentimen, egois, dan golongan. Dan akibatnya,
kaum muslimin mustahil akan berjaya atas dasar perpecahan dan permusuhan. Jika
ahli dunia dan ahli politik berpecah belah atas dasar keduniaan dan berjalan dengan
cara sendiri – sendiri, itu wajar dan sesuai dengan sifat dunia yang memecah
belah dan mewariskan permusuhan. Namun jika hal itu terjadi dalam hal usaha
agamadalam rangka menumbuhkan persatuan umat, maka jelas hal ini sangat
berbahaya.
Kepentingan pribadi, telah merusak
‘jamaah hebat’ ini. Virus perpecahan telah meresap ke dalam pori – pori seluruh
lapisan umat ini. Sebutan ‘kaum muslimin’ hanya digunakan untuk kepentingan
yang sangat terbatas. Umat Islam sudah tidak sebagai ‘umat’ lagi, tidak lagi seperti
satu tubuh, sehingga lebih mudah untuk berburuk sangka, mudah di adu domba,
mudah dipecah belah, mudah saling mencela dan semua itu membuat umat telah
tertindas dan terhina.
Berdakwah Secara Berjamaah
Allah berfirman, “dan berpeganglah kalian semua kepada
tali (agama) Allah, dan jangan bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah
kepada kalian ketika kalian dahulu (masa jahiliyah) bermusuh – musuhan, maka
Allah menyatukan hati kalian, lalu menjadilah hati kalian karena nikmat Allah
orang – orang yang bersaudara.”
Ustadz Muhammad Abduh berkata dalam
Tafsir al manar, “sesungguhnya Allah dengan keutamaan dan kasih sayang-Nya
telah meletakkan bagi kita suatu kaidah, yang kita patut kembali kepadanya
tatkala hawa nafsu berpecah dan pendapat - pendapat berselisih.dan bahwa ia
merupakan pelaksanaan untuk mempersatukan keinginan dan kehendak mereka, dan
merupakan suatu kaidah yang benar bahwa suatu kaum tidak akan berdiri tegak
kecuali mereka memiliki perkumpulan yang dapat menyatukan dan mengumpulkan
mereka dan memiliki keterikatan antara satu dengan yang lainnya, maka dengan
demikian akan menjadi umat yang hidup sepertihalnya jasad yang satu sebagaimana
yang disebutkan dalam sebuah hadits.
Dan hadits menyebutkan, “seorang
mukmin bagi Mukmin yang lainnya bagaikan bangunan yang menguatkan satu dengan
yang lainnya.
Beliau juga berkata, “..maka
tidaklah ragu bahwa orang – orang mukmin lebih berhak dan lebih utama dengan
persatuan daripada selain mereka, karena orang – orang mukmin berkeyakinan
bahwa mereka hanya memiliki tuhan yang satu, yang mereka akan kembali
kepada-Nya dan hukum – hukum –Nya dalam segala urusan mereke. Yang hukumnya
lebih tinggi dari segala nafsu – nafsu yang dapat merubah tanpa ada perpecahan
dan perselisihan.
Dan tatkala setiap perkumpulan dan persatuan
memiliki penjaga – penjaga yang menjaganya. Allah telah menunjukkan kita yang
dapat menjaga perkumpulan kita yang merupakan sumber kesatuan kita dan
pembangkit untuk berpegang teguh dengan agamanya, maka Allah berfirman,
“dan hendaklah ada diantara kalian,
yang menyeru kepada kebajikan, mengajak yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar.
Dan merekalah orang orang yang beruntung.”
Maka amar ma’ruf nahi mungkar
merupakan penjaga bagi umat dan sebagai dinding serta pagar kesatuan.”selesai.
Mari kita perhatikan alinea terakhir
dari ungkapan di atas; ‘bahwa amar ma’ruf nahi mungkar merupakan dinding
penjaga bagi umat dan sebagai dinding serta pagar persatuan’.
Mengenai firman Allah;
‘berpegang teguhlah dengan tali
Allah seluruhnya.’
syaikh Ilyas berkata, “saudara –
saudara! Sekarang ini ‘kufur ilhad’(pada zhahirnya beriman, tetapi menolak
berittiba’ kepada para sahabat, tabi’in, dan alim ulama) mempunyai kekuatan
yang sangat besar. Untuk menghancurkan kekuatan kufur tersebut tidak dapat
dijalankan dengan perbaikan individu. Untuk itu harus dihancurkan dengan usaha
yang sungguh – sungguh dengan cara ijtima’ (berjamaah seluruh kaum muslimin).”
Imam Al – izz Abdussalam berkata,
“keberadaan orang – orang yang menegakkan kewajiban dakwah ilallah serta amar
ma’ruf nahi munkar merupakansuatu umat yang harus ada kepemimpinan yang
mengatur di dalamnya, karena urusan jamaah tanpa ada kepemimpinan, akan menjadi
rusak dan kacau. Dan setiap perkumpulan yang tidak ada kepemimpinan, akan
menjadi rusak dan kacau.”
Demikian juga dalam dakwah ilallah.
Terdapat pengaturannya dalam kepengurusannya; ada yang diarahkan untuk
berdakwah kepada non muslim dan ada pula yang diarahkan untuk menuntun kaum
muslimin di negerinya masing – masing.
Sesungguhnya arti umat adalah untuk
menjadikan setiap individu yang ada di dalamnya memiliki kesatuan tujuan dari
setiap amalan dan perjalanan mereka. Dan jika tujuan saling berbeda, maka akan
rusaklah. Untuk itu setelah ayat tersebut adalah ayat yang mencegah berpecah
belah dan berikhtilaf.
Kemudian setelah Allah memerintahkan
agar terbentuk dari kita suatu umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar, Allah menerangkan bahwa mereka itulah
orang-orang yang beruntung. Karena merekalah yang menegakkan agama dan menjaga
batasan-batasannya, dan dengan mereka pulalah akan terwujud kesatuan yang
dituju. Kita dicegah dari berpecah belah dan berselisih yang akan menghilangkan
persatuan tersebut dalam menegakkan dakwah agama, maka Allah berfirman,
“Dan janganlah kamu menyerupai
orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang
jelas kepada mereka.”
Umat ini seperti tubuh yang satu.
Dan amar ma’ruf nahi mungkar adalah makanan gizinya, sehingga menjadikan umat
ini menjadi kuat.
Syaikh Al-Izz bin Abdissalam rah.a.
berkata, “Ayat ini merupakan dalil atas kewajiban agar (ada kesatuan) tujuan
umat yang berdakwah. Seolah-olah ayat tersebut berkata, “Tidak mungkin akan
terbentuk oleh kalian suatu umat untuk berdakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar, kecuali
jika terkumpul di atas satu maksud. Dan perselisihan yang mendatangkan
perpecahan tujuan.”
Imam Rozi berkata, “Jika kamu sadar
akan ketahui bahwa kebanyakan ulama di zaman ini telah tersifati oleh sifat ini
(perpecahan), maka kita mengharap kepada Allah ampunan dan rahmat-Nya.
Syaikh Nizhamuddin Al-Hasan
An-Nisaburi dalam kitab tafsirnya mengatakan setelah menyebut perpecahan
tokoh-tokoh agama dan perselisihan mereka, “Semoga kita sadar bahwa kebanyakan
para ulama zaman sekarang terkena sifat ini (perpecahan), maka kita mengharap
kepada Allah perlindungan dan kebenaran-Nya.
Imam Al-Izz bin Abdissalam rah.a.
mengatakan, “Dan yang sangat menakjubkan, bahwa para tokoh ulama dalam kurun
pertengahan terpergok dalam keadaan buruk sebagai ulama yang dijuluki oleh
Al-Ghazali dengan ulama suu’ dan mereka belum berusaha untuk mengobati penyakit
ini, yaitu perpecahan, dan tidak menerima kebenaran, bahwa obat dari perpecahan
tersebut adalah sebagaimana yang Allah sifatkan dalam kitab-Nya, yaitu
membentuk umat yang mengajak untuk berpegang teguh dengan agama Allah dan
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.”
Kemudian Syaikh Al-Izz rah.a.
mengajukan pertanyaan, “Apakah kaum muslimin sudah menegakkan perkara kebaikan
dan mencegah dari larangan kemungkaran, yaitu membentuk umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar
dan tidak berpecah belah serta berselisih?”
Alhamdulillah! Jamaah dakwah dan
tabligh telah menegakkan amalan ini dan telah menunaikan perintah bersatu, dan
sesungguhnya tujuan mereka hanyalah satu, yaitu mengarahkan kaum muslimin untuk
berpegang teguh tehadap agama secara menyeluruh.
Pengiriman Jamaah untuk Berdakwah
Jamah dakwah dan Tabligh senantiasa
berusaha mengikuti jejak langkah teladan terbaik dalam dakwah, yaitu Nabi saw,
beserta para sahabatnya. Dan berikut ini adalah beberapa riwayat yang
menyebutkan jamaah- jamaah dakwah yang dikirim pada masa Nabi saw.;
·
Jamaah
Abdurrahman bin Aufra.
Ibnu Umar ra. meriwayatkan, “Pada
suatu hari, Rasulullah saw, memanggil Abdurrahman bin Auf, lalu bersabda,
“Bersiap-siaplah, aku akan mengutusmu dengan suatu jamaah. “Kemudian
Abdurrahman bin Auf ra. menyusul kawan-kawannya yang telah mendahuluinya, lalu
mereka berjalan bersama-sama hingga sampai ke suatu tempat yang bernama
Dummatul Jandal. Ketika jamaah sampai ke daerah tersebut, maka selama tiga hari
mereka berusaha untuk mengajak penduduk situ untuk masuk Islam.
Pada hari ketiga, ada seorang yang
bernama Asbagh bin Amar Al-Kalbi masuk Islam. Sebelumnya dia beragama Nasrani.
Dia adalah seorang penghulu kaum. Kemudian Abdurrahman bin Auf menulis surat
kepada Rasulullah saw, yang disampaikan oleh Rafi’ bin Muksin Al-Jauhani, yang
melporkan segala sesuatu yang terjadi. Kemudian Rasulullah saw menulis surat
kepada Abdurrahman bin Auf, yang isinya agar Abdurrahman bin Auf ra. mengawini
putri Asbagh.
Merekapun menikah. Putri Asbagh
bernama Tumadhir. Dan dari perkawinan itu lahir seorang putra yang bernama Abu
Salamah bin Abdurrahman.”
·
Jamaah
Amar bin Ash ra.
Dari Muhammad bin Abdurrahman
At-Tamimi ra., bahwa Rasulullah saw, mengutus Amar bin Ash ra. untuk mengajak
orang-orang Arab agar masuk Islam. Karena Ash bin Wail, neneknya Amar bin Ash,
berasal dari Banu Bali, maka Amr bin Ash pun dikirim ke Kabilah Banu Bali agar
dapat mempengaruhi mereka, dengan sebab adanya ikatan keluarga.
·
Jamaah
Khalid bin Walidra
Barra ra. meriwayatkan bahwa
Rasulullah saw, mengirim Khalid bin Walid ke Yaman agar mengajak mereka untuk
masuk Islam. Barra berkata, “Aku juga termasuk jamaah itu. Kami tinggal disana
selama enam bulan. Khalid ra. senantiasa mengajak mereka untuk masuk Islam,
tetapi mereka menolak ajakan kami. Kemudian Rasulullah saw mengutus Ali bin Abi
Thalib ke sana, dan memerintahkan kepada Khalid ra. utuk kembali dengan seluruh
jamaah kecuali orang yang mau menemani Ali disana. “Dan Barra berkata, “Akulah
yang menemani Ali selama disana. Ketika kami betul-betul dekat dengan penduduk
Yaman, maka mereka keluar dan datang kehadapan kami! Lalu Ali ra. mengatur shaf
mereka untuk mengerjakan sholat. Lalu Ali menjadi imam dalam shalat kami.
Setelah shalat, Ali membacakan isi surat Rasulullah saw, kepada mereka, karena
isi surat itu Rasulullah saw, tersebut, maka seluruh Banu Hamdan masuk Islam.
Kemudian Ali bin Abi Thalib memberitahukan kejadian ini kepada Rasulullah saw,
lewat surat. Setelah beliau saw, mendengar berita itu, maka beliau saw,
langsung bersujud syukur kepada Allah dan setelah mengangkat kepala, beliau
saw, mendo’akan Banu Hamdan, “Keselamatn bagi Banu Hamdan, keselamatan bagi
Banu Hamdan!”
Juga diriwayatkan, bahwa ketika
Khalid berdakwah ke Banu Harits bin Ka’ab di Najran, ia mengutus beberapa orang
untuk menyeru penduduk tersebut, “Wahai penduduk! Masuklah kedalam Islam agar
kamu selamat!” maka dengan ajakan ini mereka semua masuk Islam.
·
Jamaah
Abdu Qais
Ibnu Abbas ra. menceritakan, bahwa
Abdu Qais datang bersama jamaah ke tempat Rasulullah saw. Setibanya disana,
maka beliau berkata, “Aku ucapkan selamat datang kepada jamaah Abdu Qais.
“Mereka menjawab, “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami tidak dapat sampai ke
tempat ini karena kami melewati Banu Mudhar, kecuali kami hanya dapat datang
pada bulan-bulan yang diharamkan berperang. Oleh sebab itu ajarkanlah kepada
kami suatu amalan yang dapat membawa kami masuk surga, dan kami akan
menyampaikannya kepada kabilah kami yang tidak dapat ikut.” Mendengar hal ini,
beliau berkata, “Aku perintahkan kepadamu empat hal dan jauhilah empat hal,
yaitu: hendaklah beriman kepada Allah dengan bersaksi bahwa tiada tuhan selain
Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan menginfakkan
1/5 bagian dari harta rampasan. Dan aku melarangmu dari empat hal, yaitu:
Jauhilah meminum minuman keras, baik itu dari perasan anggur, gandum, kurma,
atau thalis, juga meriwayatkna seperti ini, namun dibagian akhirnya ditambah,
Rasulullah saw, berkata, “Ingatlah hal itu dan kalian sampaikanlah kepada
mereka yang tidak ikut.”
·
Jamaah
Abu Malik
Abu Malik Al-Anshari ra. berkata,
“Rasulullah saw, mengirim kami dalam sebuah rombongan dan Sa’ad bin Abi Waqqas
ditunjuk untuk memimpin kami. Kami pun berangkat. Ketika kami berhenti di suatu
tempat untuk beristirahat, salah seorang dari kami berdiri lalu menunggangi
kendaraannya. Aku bertanya kepadanya, “Hendak pergi kemanakah kamu?” Dia
menjawab, “Aku akan pergi mencari rumput. “Aku katakan kepadanya,”Jangan
lakukan hal itu sebelum kamu meminta ijin dulu dari pimpinan rombongan.”Kami
mendatangi Abu Musa Al-Asy’ari (pada waktu itu ia pemimpin pasukan) lalu kami
melaporkan mengenai orang itu. Dan ia menjawab,”Mungkin kamu ingin kembali
menemui keluargamu?” Orang itu menjawab, “Tidak.” Abu Musa berkata,”Ulangilah
apa yang kamu katakan itu.” Dia menjawab, “Tidak,” maka Abi Musa berkata, “Jika
begitu, pergilah dan berjalanlah di atas jalan hidayah.” Maka orang itu pun
pergi dan pada malam harinya dia kembali, Abu Musa bertanya kepadanya, “Mungkin
kamu pergi menemui keluargamu?” Dia menjawab “Tidak.“ Abu Musa bertanya lagi,
“Ulangilah, apa yang kamu katakan.” Dia menjawab, “Ya, benar aku pergi ke
rumah.” Abu Musa berkata, “Engkau pergi ke rumah seperti berjalan di atas api.
Selama kamu duduk disana, maka seperti duduk diatas api. Dan kamu kembali
setelah berjalan di atas api. Oleh karena itu sekarang perbaharuilah amalmu.
Supaya menjadi kifarah atas dosamu.”
Abu Tsalabah Al-Husni ra.
meriwayatkan, “Orang-orang apabila berhenti di tempat peristirahatan, maka
mereka langsung bercerai-berai. Menyebar diantara lembah-lembah, sehingga
Rasulullah saw, bersabda, “Penyebaranmu diantara lembah-lembah itu menuju
kearah syetan.” Setelah ada sabda dan Nabi saw, seperti itu, dimanapun pasukan
Islam berhenti, maka mereka tinggal berkumpul.”
Baihaqi meriwayatkan bahwa, setelah
itu para sahabat memilih tempat beristirahat dekat-dekat, sehingga dikatakan
apabila mereka membentangkan selimutnya, maka akan menutupi kaum muslimin yang
lainnya.
Muadz Az-Zuhaimi ra. berkata,”Dalam
suatu peperangan aku bersama Rasulullah saw., di suatu tempat kami
beristirahat, mereka mencari tempat peristirahatan menyebar sehingga tempat
tersebut bagi mereka menjadi sempit dan jalanpun tertutup.” Melihat hal itu
Rasulullah saw, mengumumkan, bahwa barang siapa menjadikan sempit tempat
beristirahat atau yang menutup jalan-jalan, maka tidak ada jihad baginya,
artinya dia tidak akan mendapatkan pahala jihad.”
Demikianlah pembahasan mengenai
gerakan dakwah Jamaah Tabligh yang dilakukan dengan berjamaah. Hal itu,
bukanlah sesuatu yang mengada-ada tetapi termasuk dari cara dakwah yang pernah
dilakukan oleh Rasulullah saw. dan para sahabatnya.
Sumber : e-book pikir sesaat untuk agama
Sumber : e-book pikir sesaat untuk agama
0 komentar:
Posting Komentar
WHAT IS YOUR OPINION?