Mereka
Berkata, ‘Jamaah Tabligh Tidak Menunaikan
Hajinya Ke Tanah Suci Mekkah Al
– Mukkaramah, tetapi Mereka Mengalihkan Haji
mereka Ke India dan Pakistan
Tuduhan
ini sangat keji. Dan penuduhnya, adalah jelas pefitnah yang jahil. Tidak pernah
terlintas sedikitpun pada jamaah tabligh pikiran untuk merubah tampat ibadah
haji dari Baitullah di Makkah Al Mukkaramah ke India ataupun Pakistan atau
tempat lainnya di manapun, sebagaimana yang dilakukan oleh para penyeleweng
agama.
Berdasarkan
Alquran dan As – Sunnah, jamaah tablgih sangat berkeyakinan, bahwa satu –
satunya tempat untuk menunaikan ibadah haji adalah di Baitullah Mekkah Al –
Mukkaramah dengan segala manasik yang telah dicontohkan oleh Nabi saw.. tidak
ada sedikitpun perubahan dalam hal ini. Ketetapan ini dapat dibuktikan melalui
ibadah haji jamaah tabligh dari berbagai pelosok dunia.
Peranan
Haji dan Dakwah Ilallah
Alim
ulama menyatakan bahwa pada amalan ibadah haji terkumpul tiga amalan sebagai
penting warisan para Nabi as., yaitu;
1. Taubatnya Nabi Adam as..sejarah
menyampaikan, bahwa setelah adam as dan siti hawa diturunkan oleh Allah ke muka
bumi, maka keduanya bertaubat sungguh – sungguh kepada Allah, dan di arafahlah
taubat mereka diterima. Inilah tangisan taubat manusia pertama yang terjadi
dimuka bumi.
2. Pengorbanan Nabi Ibrahim as dan
keluarganya. Sejarah mencatat bahwa Ibrahim as., siti hajar dan anaknya ismail
as telah demikian berkorban dalam menunaikan hukum – hukum Allah, sehingga
pengorbanan – pengorbanan mereka dijadikan syariat dalam pelaksanaan haji umat
Muhammad saw..
3. Kerisauan dan dakwah Rasulullah saw
terhadap umatnya. Hal ini dapat diperhatikan dari tiga kejadian dalam
perjalanan hidup beliau, sebagaimana disebutkan dalam berbagai hadits;
a.
Sebelum
diangkat menjadi nabi, beliau sudah acapkali merisaukan kerusakan umatnya,
yaitu dengan sering berkhalwat di gua hira selama berhari – hari. Memandang
prilaku haji kaum musyrikin yang thawaf bertelanjang badan mengitari 360
berhala di sekeliling ka’bah. Dan kerisauan ini tidak pernah berhenti hingga
ajal beliau, bahkan diriwayatkan, hingga yaumil mahsyar.
b.
Dan
sejak diangkat menjadi nabi, beliau tidak pernah berhenti mendakwahi manusia
kepada Allah. Diantaranya dengan mendatangi jamaah – jamaah haji pada masa
jahiliyah di kemah –kemah mereka di mina, di mekkah atupun di kesempatan yang
ada untuk menawarkan agama kepada mereka. Dalam hal ini beliau telah banyak
mangalami berbagai kesusahan dari mereka yang didatangi oleh beliau.
c.
Setelah
menyempurnakan hajinya pada haji wada’, Nabi saw telah mengamanahkan tugas
kenabiannya ini kepada seluruh umatnya melalui pengiriman rombongan – rombongan
dakwah para sahabat yang berjumlah 124.000 orang yang hadir di arafah ke
berbagai penjuru wilayah. Pada saat itu beliau memerintahkan kepada yang hadir
agar menyampaikan kepada yang tidak hadir.
Ini
adalah pelajaran yang sangat penting bagi segenap umat Islam yang beribadah
Haji. Haji yang mabrur adalah haji yang membawa ketiga warisan anbiya tersebut,
sehingga ketika kembali dari haji, mereka merubah kemaksiatan mereka dengan
taubatnya Adam as., dan meningkatkan pengorbanan mereka demi agama sebagaimana
pengrobanan Ibrahim as., dan menambah perhatian serta kerisauan mereka atas
umat dengan menghidupkan dakwah Rasulullah saw.
Dakwah
Syaikh Muhammad Ilyas di Haramain
Sejak
mulai menghidupkan kembali dakwah ini hingga akhir hayatnya, Syaikh Ilyas
selalu memiliki niat dan azam yang kuat, untuk membawa kembali usaha dakwah ini
ke markas Islam, yaitu ke Haramain Syarifain. Karena usaha ini merupakan hadiah
yang sangat berharga bagi bangsa Arab. Mereka lebih berhak menerimanya dengan
kegembiraan, seraya berkata, “barang – barang milik kami, kini telah
dikembalikan kepada kami,” kemudian mereka akan melanglang buana dan membawanya
keseluruh penjuru dunia.
Keinginan
itu baru terlaksana pada tahun 1938, yaitu pada 12 Dzulqa’dah 1356 H, ketika
beliau bertolak untuk menunaikan haji. Di sepanjang safar tersebut, yang
menjadikan pembicaraan Syaikh Ilyas hanyalah masalah dakwah dan tabligh, selain
masalah manasik haji. Bahkan ketika dalam perjalanan antara Jeddah dan Makkah,
beliau turun di Bahra dan mengumpulkan orang – orang ditempat tersebut,
kemudian beliau memberikan bayan kepada mereka dengan pembicaraan yang sangat
menyentuh hati.
Syaikh
Ilyas juga mengadakan perjumpaan dengan para haji dari Bahrain, dan berjanji
kepada mereka akan membawa usaha dakwah ini ke negeri mereka. Dan beliaupun
mengadakan pertemuan dengan para penjaga india yang bermukim di Arab. Ketika
Syaikh Ilyas menyampaikan pandangannya tentang dakwah, terlihat mereka takut –
takut. Namun setelah beberapa kali diadakan pertemuan dengan mereka, sikap
merekapun berubah. Mereka bersedia berpartisipasi dalam uasaha ini, tetapi
sebagaimana orang – orang lain, mere berpendapat bahwa untuk memulai dakwah ini
perlu memperoleh ijin dulu dari pihak raja Abdul Aziz bn Abdurrahman As –
Su’ud. Maka diputuskan akan ditulis sepucuk surat yang menjelaskan tujuan
dakwah ini yang ditujuakan kepada baginda raja. Pada saat itu Syaikh Ihtisyamul
Hasan juga berkesempatan untuk berjumpa dengan Syaikhul Islam Abdullah bin
Hasan serta Syaikh Ibnu Bulaihad.
Dua
minggu kemudian, yaitu pada tanggal 14 maret 1938, Syaikh Ilyas di dampingi
oleh haji Abdullah Ad Dehlawi, Syaikh Abdurrahman dan Syaikh Ihtisamul Hasan
pergi menghadap raja. Dan baginda raja menerima mereka dengan penuh hormat.
Raja turun dari tahtanya dan mempersilakan mereka duduk, merekapun menyampaikan
tujuan mereka dengan penuh hormat. Merekapun menyampaikan tujuan mereka yang
berisikan tauhid, berpegang teguh kepada Alquran dan assunnah, serta pentingnya
mangikuti syariat Islam. Akhirnya raja melepas mereka dengan ucapan selamat
ketika mereka hendak meninggalkan Istana.
Pada
tanggal 15 safar 1357 H., Syaikh Ilyas meninggalkan Makkah menuju Madinah Al –
Munnawarah. Tiba di Madinah pada pagi hari tanggal 27 safar. Setibanya di sana
beliau langsung sibuk dalam dakwah. Meskipun demikian, beliau mengetahui bahwa
gubernur Madinah tidak berwenang untuk membolehkan usaha ini di sana, hingga
beliau menghubungi Mekkah dan menunggu pengarahan berikutnya. Pada kesempatan
tersebut, Syaikh Ilyas, Sayyid Mahmud dan Syaikh Ihtisamul Hasan Menghadap amir
Madinah dan menyampaikan tujuan dakwah ini kepada beliau. Dan ternyata beliau
pun sangat setuju dan mendukungnya.
Setelah
15 hari Syaikh Ilyas tinggal di Madinah dan setelah bermusyawarah dengan
alimulama di sana, beliaupun kembali ke India. Dari india beliau menulis surat
ke Mekkah yang ditunjukkan kepada seseorang yang telah tersentuh hatinya dan
dipenuhi rasa kehilangan akan kepulangan Syaikh Ilyas Ke India. Adapun isi Surat
tersebut adlaah sebagai berikut;
Kepada
tuan yang kami muliakan.
Semoga
Allah menjaga dan memelihara tuan.
Assalamu’alikum
warahmatullahi wabarakatuhu.
Adapun
yang membuat aku kembali ke india adalah karena kau telah bermusyawarah dengan
kawan – kwan seperjuangan dalam memulai kerja dakwah ini dan meletakkan asas
yang kuat. Setelah lima belas hari kami tinggal di madinah al – munawarah.
Namun semuanya telah bersepakat untuk menjalankan usaha ini di sana, diperlukan
waktu dua tahun penuh barulah akar – akar akan tertanam dengan kuat. Akupun
sangat menyetujui pendapat tersebut. Namun untuk tinggal di sana dalam jangka
waktu selama itu, aku takut benih – benih yag telah kutanam selama ini di india
akan hilang sia – sia.
Oleh
karena itu, aku bertekad untuk bekerja dakwah di india, sehingga akan dapat
memperhatikan sepenuhnya usaha ini sebagaimana di tanah arab. Jadi kepulangan
itu hanya untuk sementara waktu.
Akan
tetatpi seandainya tuan memang mencintai agama Muhammad saw. Dan merasa sedih
ketika melihat bahwa agama Muhammad saw. Lebih utama dan lebih berguna daripada
hal hal yang tuan sibukkan, bahkan tuan menganggap bahwa jalan yang telah mulai
kami tempuh ini memang benar menurut tuan, seharusnya tuan meningkatkan iman
tuan dengan cara memberikan pengorbanan di jalan ini sambil berusaha memahami
dan mengajak manusia untuk memahaminya pula.
Wassalamu’alaikum
wrahnatullahi wabarakatuhu.
Muhammad
Ilyas.
Nizhammuddin
Delhi.
Demikianlah
sepenggal kisah mengenai perjuangan Syaikh Muhammad Ilyas dalam mengembalikan
dakwah Rasulullah saw ini ke tanah suci.maka sangat tidak mungkin jika jamaah
tabligh merubah tempat ibadah haji mereka dari Mekkah Al – Mukarramah.
Haji
Para Masyaikh Jamaah Tabligh
Jamaah
tabligh mengajak manusia kepada kesempurnaan Islam, menurut Alquran dan sunnah.
Lalu mungkinkah mereka akan merubah hajinya menjadi ke India dan pakistan?
Simaklah betapa sungguh – sungguh masyaikh tabligh menekankan kesempurnaan haji
sesuai dengan sunnah bagi para jamaahnya. Bahkan mereka sendiri hampir
dipastikan tidak hanya sekalu dua kali dalam menunaikan rukun Islam yang kelima
tersebut.
Syaikh
Ilyas sendiri telah melaksanakan haji empat kali. Sedangkan Syaikh yusuf tiga
kali haji dan dua kali Umrah (1959 dan 1961). Dan Syaikh In’amul Hasan dapat
dipastikan hampir setiap tahun dua tahun sekali (pada tahun – tahun
ganjil)berhaji ke Baitullah. Sepanjang hayatnya, beliau telah 18 kali haji dan
enam kali Umrah.
Setelah
menunaikan hajinya, kurang lebih sepuluh hari Syaikh Yusuf masih tinggal di
mekkah. Pada rentang masa tersebut, yaitu juli 195, beliau berkali – kali
mengadakan ijtima’ di berbagai tempat yang diridhai oleh ribuan jamaah. Bayan
dan ceramah pada saat itu dilakukan oleh beliau dalam bahasa Arab.
Semua
bayan – bayan beliau berisi mengenai hubungan antara haji dan dakwah,
sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah saw ketika di arafah, hampir
124.000 orang sahabat bergerak ke deluruh penjuru dunia untuk menyampaikan
dakwah Islam. Inilah yang menjadi penekanan topik beliau dal ijtima’ – ijtima’
tersebut.
Kemudian
beliau tinggal di madinah selama 40 hari, dan hampri setiap harinya pun penuh
disibukkan dengan ijtima’.
Pada
haji yang ketiga (1964 M). pada saat itu jamaah Tabligh mulai banyak dikenal di
tanah arab. Ijtima’ meingguanpun sudah mulai rutin diadakan di masjid Syuhada
Mekkah Al mukarramah.
Pada
haji kali ini, selama 14 hari di mekkah setelah haji, hampir setiap hari,
setiap ba’da shubuh, beliau bayan di depan Babul Umrah selama tiga jam untuk
umum. Biasanya setelah bayan di depan babul umrah beliau akan sarapan pagi di
madrasah Sultiyah, dan disitu beliau menerima kunjungan alim ulama dari Arab
saudi sendiri ataupun dari berbagai negara lainnya.
Selanjutnya
beliau menetap selama 33 hari di madrasah Syar’iyyah di madinah al munawarah.
Di madrasah tersebut disediakan seratus buah kamar untuk tinggal jamaah syaikh
yusuf selama di madinah. Dan selama itu pula beliau sebagaimana di mekkah,
hampir setaip hari ba’da shubuh beliau bayan selama tiga jam untuk umum.
Selanjutnya di madinahpun memulai pertemuan mingguan secara rutin di masjid An
– Nur(sebelah timur Baqi’).
Dari
bayan – bayan tersebut , telah dikirim 26 jamaah dakwah. Tiga jamaah ke
inggris, jerman barat, dan prancis. Tujuh jamaah ke afrika. Dan sisanya dikirim
ke berbagai negara lainnya.
Pengiriman
Jamaah Haji ke Haramain
Pada
tahun 1946, dikirim jamaah haji yang pertama kali dari nizhamuddin ke mekkah al
mukarramah, dengan amir Syaikh Ubaidillah. Jamaah kedua dikirim pada tahun 1947
dengan amir Syaikh Said Ahmad Khan.
Selama
keamiran Syaikh yusuf, telah dikirim kurang lebih 17 jamaah haji berjalan kaki
dari india pakistan menuju arab saudi. Perjalanan haji dengan berjalan kaki ini
dilakukan melalui yordan, qatar, kuwait, iran, afganistan, dan beberapa negara
lainnya.
Jamaah
haji jalan kaki pertama kali dikirim adalah pada tahun 1953, dari karachi
pakistan, dengan amir Meizi adli. Jamaah tersebut dilepas secara khusus dengan
iringan doa dari Syaikh sulaiman An Nadwi. Ribuan mil ditempuh dengan penuh
pengorbanan. Hingga salah satu rombongan, yaitu Meizil Abdul Ghafur telah
syahid ditengah perjalanan tersebut. Jamaah tersebut tiba di makkah tepat pada
masa haji dan kembali ke karachi setahun kemudian.
Berikutnya
jamaah yang kedua dikirim. Dan seterusnya dan seterusnya, baik denganjalan kaki
ataupun dengan berkendaraan.
Di
situlah jamaah dapat merasakan langsung bagaimana Nusratullah Ghaibiyah
(pertolongan Allah secara Ghaib), yaitu ketika mereka di tengan menghadapi
aneka ragam kesulitan dalam perjalanan fi sabilillah tersebut.
Dakwah
di Haramain
Jamaah
jalan kaki yang pertama kali dikirim khusus untuk bergerak di tengah haramain
adalah pada tahun 1329 H, yaitu jamaah yang bergerak dari makkah ke madinah.
Meizi isa menulis mengenai perjalanan mereka ini, “sungguh sangat
menggembirakan ada kabar bahwa jamaah telah bergerak dari mekkah menuju
madinah. Semoga hal ini menjadi suatu sebab keberkahan dari Allah, atas
pengorbanan Rasulullah saw dan para sahabatnya yang pernah berdakwah di kedua
kota ini.”
Selanjutnya
juga bergerak jamaah – jamaah jalan kaki lainnya dari madinah ke makkah, dari
jeddah ke makkah, dari jeddah ke madinah, dari madinah ke yaman, dari madinah
ke syam, yang terus berlangsung hingga sekarang.
Bahkan
sebelum tahun 1996 seluruh jamaah yang setahun fi sabilillah, mereka selalu
memulainya dari masa haji di tanah suci,kemudian di lanjutkan keberbagai negara
di penjuru dunia.
Dan
hingga hari ini, ratusan ribu jamaah tabligh berkumpul dari berbagai negara
setiap tahunnya pada musim haji, mereka berada dalam banyak hal, namun
merekasama dalam menunaikan dakwah ilallah di setiap kesempatan mereka.
Demikianlah
kenikmatan ketika amalan haji dikembalikan sebagaimana yang telah dicontohkan
oleh Rasulullah saw, yaitu bukan ibadah haji semata, tetapi haji yang di
dalamnya mengandung taubat adam as., pengorbanan Ibrahim as dan keluarganya,
serta dakwah dan kerisauan nabi Muhammad saw atas umatnya.
Jelas,
jamaah dakwah dan tabligh sangat merindukan Islam dapat kembali terwujud secara
sempurna di kedua tanah suci,maka sungguh mustahil jika mereka akan merubah
hajinya ke tempat lain. Na’udzu billah min dzalik.
Sekian
; Wallahu a’lam
Sumber : e-book pikir sesaat untuk agama
Sumber : e-book pikir sesaat untuk agama
0 komentar:
Posting Komentar
WHAT IS YOUR OPINION?