MENJAGA PERASAAN UMAT !


Sehebat apa pun dunia ini dibangun dan dipoles, semua itu akan hancur dan tidak dibawa mati, yang dibawa hanya iman dan amal.Makanya bekal iman dan amal lah yang semestinya diperbanyak setiap orang. ‘Sampaikanlah ini kepada setiap orang di manapun mereka berada, agar setiap orang faham maksud hidup yang sesungguhnya. Sampaikan kepada orang kampung, orang kota, rakyat biasa dan juga raja-raja. Semua pasti ingin selamat hidupnya di dunia dan di akhirat, kan ? tanyanya. ‘Jangan bosan dan jangan takut menyampaikan ini, setiap orang harus ambil bagian, terus, lagi dan lagi, sampai tiada lagi’. 

Allah Swt menjadikan manusia lengkap dengan pendengaran, penglihatan dan perasaan. Dalam bahasa al Quran disebut, ‘…waja’alna lakum assam’a wal abshoro wal ‘af’idah..’(Kami menjadikan untuk kamu pendengaran, penglihatan dan empati).

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya, dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (QS. As Sajdah [32] : 9)

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An Nahl [16] : 78)
Disebut pendengaran bukan telinga, penglihatan bukan mata, perasaan bukan hati. Kalau telinga, mata dan hati, bukan hanya manusia, hewan juga diberi Allah. Andaikata semua manusia diberi pendengaran, tentu kalau mendengar panggilan adzan mereka akan berbondong ke masjid. Ternyata kan tidak.Demikian juga andaikata semua manusia punya penglihatan, maka yang hak selalu akan tampil. Andaikata semua manusia punya empati, tentu semua mendapat hidayah Allah. Makanya manusia kadang bisa lebih baik dari malaikat tapi juga bisa lebih hewani daripada binatang.

Hadis Nabi saw,
“Ketahuilah, bahwa di dalam jasad manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik maka baik pula seluruh jasadnya, dan jika ia rusak maka rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu ialah Hati.” (HR al-Bukhari)

Kalau dalam hadis tersebut disebut hati, sedangkan dalam ayat disebut af’idah (fungsi hati, berupa perasaan , kerisauan dan empati). Maksudnya adalah sama, bagaimana manusia dikendalikan oleh hakikat dari segumpal daging itu. Apalagi kalau segumpal daging itu betul-betul dikendalikan oleh af’idah. Subhanallah..
Adapun tentang perasaan umat, bukan perkara sederhana. Makanya Rasulullah saw dalam setiap dakwahnya selalu mengatakan,’..Yaa ayyuhannaas, quuluu laailaaha illallah tuflihuu…’ (Wahai manusia, katakanlah laa ilaaha illallah kamu akan berjaya). Kata Yaa ayyuhannaas (Wahai manusia), membuktikan Nabi saw tak menujukan kepada orang tertentu, misalnya  suku Quraisy saja,  orang Makkah /Madinah saja, orang arab saja. Walau ia jumpa dengan seseorang, tetap kata-katanya Wahai Manusia. Sesuai perintah Allah Allah Swt, ‘Kalian adalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk manusia…’ (QS Ali Imran [3]:110).


Jadi dakwah Nabi saw tak terbatas pada orang Makkah, Madinah, atau orang arab saja, atau orang Islam saja, tapi kepada seluruh manusia termasuk Yahudi dan Nashara, waktunya juga tak terbatas pada zamannya saja, tapi sampai hari kiamat. Karena Muhammad saw nabi terakhir, dan tak ada nabi setelahnya, maka kerja kenabian menjadi tanggungjawab umatnya, dalam arti menyebarkan Islam ke seluruh alam sampai hari kiamat. Itulah pembicaraan Syeikh Abdul Wahab, seorang pemimpin umat, baik dalam safari dakwahnya di lima benua maupun di markas dakwah dunia, Raiwind Pakistan dalam  bayan (uraian) nya pagi sore, siang dan malam. Seakan ia tak pernah tidur untuk hal itu.


Syeikh Abdul Wahab, dalam usia semakin menua, 90 tahun, suara berat dan serak basah, pelan dan terbata, ia terus bicara dan bicra lagi, sehingga hampir seluruh usianya dihabiskan bicara iman dan yakin setiap hari dan sepanjang tahun. The Guinness of Records pernah menabalkannya sebagai ‘orang paling banyak bicara di dunia’. Memang layak, dan bicaranya pun yang paling disukai Allah SWT, “Waman ahsanu qoulan min man da’aa ilallahi wa ‘amila shalihaaa’ (Siapakah yang paling disukai pembicaraannya dari orang yang mengajak kepada Allah dan beramal saleh,al ayah). Janganlah mengatakan, ‘Saya yang kuasa, ini milik saya, ini harta saya. Katakanlah itu semua milik Allah, itu semua datang dari Allah’. Begitu juga jangan mengatakan, ‘saya orang Pakistan, saya orang arab, saya orang Amerika. Katakanlah, ‘saya ini umat Muhammad saw’ yang lahir di Amerika’. Adapun mengatakan suku atau bangsa itu sifatnya ta’arruf (berkenalan) saja, tapi maksud utamanya adalah takwa.


Kalau kita mengaku sebagai umat, dan bicara tentang umat Muhammad, itu berarti kita beriman dan bertakwa kepada Allah dan mengikuti jejak Nabi saw. Tapi kalau kita sibuk hanya membicarakan tentang suku bangsa dan kelompok, berarti kita pemecah belah umat. Rasulullah saw senantiasa berusaha berbicara, mengajak kepada kesatuan umat, bukan kepada golongan dan kekuasaan. Juga mengajak manusia agar bervisi akhirat, bukan orientasi dunia. Karena kehidupan sesungguhnya adalah akhirat.


Ustadz Abdurrahman Lubis, Pemerhati Masalah Keislaman










Ustadz Abdurrahman Lubis, Pemerhati Masalah Keislaman
Share on Google Plus

About Rizal Palangiran

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

WHAT IS YOUR OPINION?