THE REAL SUFI ( SUFI SEJATI )

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEju_afkjELpsVoBHjDF7bgUalMBPM5-ax5yHnzQFyzxEOLy_VzyqfkvWuqsfajvtlzDFFHLWSopNkUAa1wIrvRej5-IHRK9mjOHU_t8g7WYLe89rE3i6IUu86n36lvCfGAhVIteWaJcukQ/s400/syekh.abdul+qadir+jailani.jpg
(SYEIKH ABDUL QADIR JAILANAI RAH.A.

Ciri-ciri SUFI SEJATI:

Mereka mematuhi ajaran al-Qur’an dan mematuhi amalan dan peraturan yang dicontohkan dari perilaku dan kata-kata Nabi Muharnmad Saw.

Mereka mengikuti panduan tersebut dalam perkataan, dalam bertindak, dalam pemikiran dan dalam perasaan mereka.

Mereka mengikuti maksud di dalam
Terbitkan Entri
hati atau intisari yang tersirat dan yang terpendam dalam ajaran Islam.

Mereka sangat paham dan tidak mengikuti begitu saja ajaran-ajaran Islam.
Mereka mematuhi ajaran Islam sepenuhnya, menghayati dan menikmati manisnya ajaran dan prinsip agama.

Mereka melakukan ibadah bukan karena paksaan, tetapi mereka merasa nikmat melakukannya. Inilah jalan mistik (keruhanian) yang mereka patuhi.

Mereka adalah kaum pencinta Allah yang sebenarnya.

Ada sebagian dari mereka yang dijanjikan dengan surga tanpa dihisab terlebih dahulu di hari Pengadilan. Ada sebagian merasakan sedikit azab di Hari Pembalasan, kemudian dimasukkan ke surga. Ada pula yang terpaksa merasakan azab neraka untuk sekian lama guna membersihkan dosa-dosa mereka sebelum dimasukkan ke surga. Tetapi tidak ada yang berada selama-lamanya dalam neraka itu. Yang kekal dalam neraka ialah orang-orang kafir dan orang-orang munafik.

Pendapat Ahli Sunnah Wal-jama’ah

Para pemimpin dan guru-guru Sufi dari golongan Ahli Sunnah Wal-Jama’ah berpendapat bahwa para sahabat, dengan berkat ajaran dan kehadiran Nabi, adalah dalam keadaan Dzauq keruhanian yang tinggi martabatnya. Setelah zaman berlalu, keadaan keruhanian yang tulen ini makin lama makin kurang dan tipis. Kemudian keadaan keruhanian ini diwarisi oleh guru-guru mursyid yang kemudian, pecah menjadi banyak firqah dan cabang.

Oleh karena terlalu banyak firqah dan golongan kaum mursyid itu, hikmah dan tenaganya pun makin tipis dan makin berpecah-belah. Dalam banyak hal, yang tinggal hanya bentuk zahir saja yang berlagak seperti guru Sufi, padahal batinnya dan hakikatnya bukan Sufi. Lama kelamaan timbullah Sufi-Sufi palsu dan bid’ah.

Ada yang menganut golongan Haydari dan berpura-pura menjadi perwira dan pahlawan. Ada pula yang menamakan diri mereka kaum Adhami dan berpura-pura mengikuti jejak langkah Ibrahim Adham, yaitu seorang Sufi besar yang meninggalkan istana dan pangkat sultan karena hendak mengamalkan ilmu Sufi. Bahkan, masih banyak lagi ajaran sesat dari guru Sufi palsu yang timbul.

KENALI SIFAT - SIFAT MEREKA

Dalam zaman ini, ahli-ahli Sufi yang sebenarnya, yang bersesuaian dengan syari’at, makin lama makin berkurangan jumlah mereka.

Ahli Sufi yang hakiki dapat dikenali dengan dua cara:
Pertama, zahir mereka, yaitu mereka mengamalkan syari’at.

Kedua, batin mereka, yaitu boleh dijadikan contoh teladan karena mereka mewarisi keruhanian Nabi Saw. Sebenarnya contoh manusia yang paling baik ialah Nabi Besar Muhammad Saw. Dialah sebenar-benar Sufi yang hakiki. Syari’at dan Hakikat hendaklah bersama seiring jalan untuk kesinambungan agama dalam kehidupan mukmin dan mukminah sejati.

Seorang Waliyullah yang mewarisi keruhanian Nabi akan memberi berkat kepada Si Salik dengan kehadiran fisiknya. Sesungguhnya Iblis tidak dapat menyerupai Nabi Saw.
Awas, wahai Salik, orang buta tidak boleh menunjukkan jalan pada si buta yang lain. Pandangan kita hendaklah tajam supaya kita dapat membedakan kebaikan dengan kejahatan, walau sebesar zarrah pun.

Ingatlah, bahwa perjalanan Sufi itu bukan medan permainan. Bila suka boleh ikut, bila malas boleh ditinggalkan. la adalah jalan menuju ke Hadhirat Ketuhanan, yang kepadanya tidak semudah diucapkan lisan. walaupun begitu, wajarlah ia menjadi tujuan setiap insan. Yang ingin mencari ketenangan diri dan makrifat hakikat penciptaan Tuhan. Bukankah kita disuruh menyembah-Nya menurut bunyi sebuah firman? Bagaimana boleh menyembah kalau belum sempat untuk berkenalan?

KISAH :

“Tuanku, engkau boleh berjalan di atas air!” murid-muridnya berkata dengan penuh kekaguman kepada Bayazid Al-Busthami. “Itu bukan apa-apa. Sepotong kayu juga boleh,” Bayazid menjawab. “Tapi engkau juga terbang di angkasa.” “Demikian juga burung-burung itu,” tunjuk Bayazid ke langit. “Engkau juga mampu bepergian ke Ka’bah dalam semalam.” “Setiap pengelana yang kuat pun akan mampu pergi dari India ke Demavand dalam waktu satu malam,” jawab Bayazid. “Kalau begitu, apa kehebatan seorang lelaki sejati?” murid-muridnya ingin tahu. “Lelaki sejati,” jawab Bayazid, “adalah mereka yang mampu melekatkan hatinya tidak kepada sesuatu pun selain Tuhan.”

Sumber: I LOVE ALLAH
Share on Google Plus

About Rizal Palangiran

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

WHAT IS YOUR OPINION?