Siapakah seorang idola? Seperti apakah dia? Apa makna sosok Idola?
Idola Berasal dari kata Idol -kosakata bahasa Inggris yang memiliki berbagai arti.
Kamus Merriam-Webster’s, menguraikan ‘Idol’ dalam beberapa makna :
1. Representative or symbol of an object of worship (perwujudan atau simbol dari sebuah objek peribadatan).
2. False God (Tuhan Palsu)
3. a Likeness of something (Sesuatu yang menyerupai)
b. Pretender (Orang yang suka berpura-pura)
c. Impostor (Penipu yang lihai)
4. a Form or appereance visible but without substance (bentuk atau
penampilan yang terlihat namun tak bermateri)
5. an Enchanted phantom (momok, hantu, setan yang memesonakan)
6. an Object of Extreme devotion (Obyek yang sangat digemari)
7. Ideal (Idaman)
8. a false conception (konsep yang salah)
9 . Fallacy (buah pikiran yang keliru)
Karena berasal dari bahasa Inggris, maka sebaiknya kita mengikuti saja apa kata orang Inggris dengan mengikuti sembilan makna seperti yang diuraikan diatas, kita dapat mengatakan bahwa sosok idola adalah :
- Idola atau Idol adalah wujud atau simbol peribadatan
- Idola atau Idol adalah tuhan palsu
- Idola atau Idol adalah sesuatu yang menyerupai
- Idola atau Idol adalah orang yang suka berpura-pura
- Idola atau Idol adalah penipu yang lihai
- Idola atau Idol adalah sesuatu yang tak terlihat namun tak bermateri
- Idola atau Idol adalah momok atau hantu atau setan yang memesonakan
- Idola atau Idol adalah objek yang sangat digemari
- Idola atau Idol adalah idaman
- Idola atau Idol adalah konsep yang salah
- Idola atau Idol adalah buah pikiran yang keliru
Dalam kebiasaan umum dan yang diumumkan, sosok Idola adalah orang yang dipuja, dikagumi atau diteladani. Sosok idola adalah orang yang dianggap menyandang predikat istimewa, dihormati posisinya dan dikagumi prestasinya. Sosok idola ditempatkan pada posisi yang tinggi di antara komunitas yang mengidolakannya.
Para idola diakui memiliki keterampilan atau keahlian di atas rata-rata orang biasa. Mereka berpenampilan khas, unik dan atraktif. Dengan potensi dan posisi seperti inilah mereka dapat dengan mudah mendapatkan uang serta fasilitas yang berlimpah. Gaya hidup sang idola yang biasanya muda, kaya dan cantik atau tampan serta terkenal ini tentu saja menjadi idaman bagi remaja sebayanya. Para pemuja idola sering membayangkan dirinya dan berlaku meniru sosok idolanya. Penampilan dan gaya hidup mulai dari model rambut, cara berdandan dan bahkan perilakunya sering dijiplak dan diikuti. Fenomena idola dan mengidolakan memang telah melanda dunia sejak dulu, kini dan mungkin hingga nanti. Sosok idola memang menjadi budaya, mulai dari olahraga, penyanyi, artis film, pengusaha, pejabat, bahkan para penjahat pun memiliki figur pujaannya sendiri.
Untuk sementara bagi para orangtua yang kadang prihatin dengan keadaan anak-anak mereka, baik itu yang berusia dini atau remaja akan tayangan televisi yang kerap menampilkan sosok Idola secara gamblang di depan mata mereka, maka simpanlah terlebih dulu keprihatinan tersebut. Fokuskan perhatian itu dengan bertanya sekaligus menjawab hal-hal sederhana sebagai berikut :
- Tanya : Kenapa mereka ingin menjadi idola?
- jawab : Karena ada yang mengidolakan. Tak ada Idola tanpa ada yang mengidolakan.
- Tanya : Kenapa mereka mengidolakan?
- Jawab : Karena para pengidol memiliki mata yang bisa melihat dan telinga yang bisa mendengar.
- Tanya : Kenapa mereka melihat dan mendengar?
- Jawab : Karena ada media yang menyebarkan dan menyiarkan. Acara Idol mengidol ini ditayangkan setiap hari di media televisi. Mereka melihat dengan matanya, mendengar dengan telinganya, dan berhasil menggugah ambisinya.
Ingat ketika fantasi melambung tinggi, maka ia akan menyeret ambisi untuk terbang melayang tinggi. Fantasi yang maknanya adalah sesuatu yang tidak nyata, justru kenyataannya malah diminati bahkan diantri. Ajakan menjadi bintang yang menggantung tinggi di langit, ternyata mampu menghebohkan penduduk bumi ini.
Cobalah buka kamus Bahasa Inggris-Indonesia (disusun oleh: John M. Echols dan Hassan Shadily terbitan PT. Gramedia Jakarta), maka kita akan menemukan bahwa arti kata “Idol” dimaknai sebagai “Berhala”. Jadi keberhalaan seorang idola adalah haknya untuk dipuja, disembah, disanjung dan dimanja. Namun ketika para orang tua ini mengukur efek samping dari fenomena idol tersebut, mereka menggunakan pedoman etika baku. Sementara mereka (para Idol dan sekutunya) menggunakan ukuran dengan pedoman baru yang berbeda. Perbedaan antara harapan dan kenyataan inilah yang membuahkan kekecewaan. Buah kecewa tersebut adalah kepahitan, maka dari itu wajar bukan jika siapa saja yang tidak kesampaian untuk menjadi ‘Berhala’ tersebut, berujung kepada kesedihan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Idola Indonesia berarti Berhala Indonesia. Dan kalimat Idola Sesungguhnya, bisa juga diartikan Berhala Sesungguhnya. Kamuslah yang menjelaskan demikian. Lantas bagaimana fenomena Idol meng-Idol ini bisa terjadi?
Budaya Tiru-Meniru atau Copy & Paste telah menjadi budaya yang dianut oleh bangsa kita, budaya ini juga disebarkan oleh orang-orang rajin untuk orang malas. Lihat saja acara-acara Idol Indonesia yang ada di televisi juga merupakan salinan Idol-Idol dari acara di luar negeri. Setiap salinan adalah kemiripan atau keserupaan dari obyek aslinya. Dan setiap yang direkatkan tentu menempel sebagai sifat penyalinnya -Persis atau serupa dengan yang dicopynya. Penyalin serupa dengan yang disalin. Orang Barat mengatakan: “Copy tend to comply (menyalin cenderung menuruti)”
IDOL = I (Just) Doll
“Idol” sudah menjadi kosa kata bahasa Inggris, berasal dari bahasa Yunani “eidolon” yang berarti “image” atau “form”. The American Heritage Dictionary mengartikan kata “idol” sebagai “An image used as an object of worship”, atau “one who is adored”. “Dari kata ‘Idol’ berkembang kata “idolatry” kemudian dimaknai sebagai “The worship of idol”, yakni ‘penyembahan satu idola’ atau “blind devotion”, yakni, ‘ketaatan yang membuta’.
Idol pun telah menjadi produk sebuah industri yang disajikan untuk dikonsumsi. Konsumennya adalah masyarakat, produsennya adalah pemilik uang, atau kekuasaan menjualnya melalui media. Media, seperti TV, Koran, Tabloid, dan Majalah adalah bangunan pasar yang memertemukan minat konsumen dan kehendak produsen. Melalui media-media tersebut seorang Idola dijual sesuai potensi yang dimilikinya. Biasanya, produsen atau pemilik modal sekaligus merangkap sebagai pemilik bangunan pasar. Artinya pemilik uang juga sebagai pemilik media. Dalam kapasitas dan posisi semacam ini, ia mampu menguasai, mengelola, dan mendikte konsumen pemirsanya. Acara Idol yang sejenis dan berjubel itu adalah serangkaian proses pemasaran sosok idola yang dimulai dari mengumpulkan dan menyeleksi (melalui audisi dan eliminasi) serta memproduksi sekaligus memasarkan idola hasil produksinya. Jadilah idola sebagai sebuah komoditi.
Seorang calon Idol diperlihatkan berbagai kenikmatan dan kemudahan ketika sosok Idola yang telah menjadi berhala dan diberhalakan. Dengan membayangkan dirinya sebagai seorang idola, maka nafsu mulai menggebu:
-Makan = Makan adalah Naluri dasar, manusia akan mencari apa saja untuk bisa makan.
-Malas = Dengan menjadi Idol ia bisa menikmati kemalasannya karena servis pengidolanya
-Miskin = Posisi sebagai Idol mengubah dari kemiskinan yang ditakuti oleh sang Idol
-Menang = Posisi seorang Idol diibaratkan kemenangan dan kebanggaan di atas dunia oleh para pemujanya.
Kekaguman, pemujaan, biasanya memang berujung pada ketaatan yang membabi-buta. Itu tampak dari perilaku banyak remaja yang menggilai idola pujaannya di kalangan selebritis, mulai drai perilaku mengoleksi album, foto, tanda tangan, lalu meniru-niru perilaku dan model pakaiannya. Sebagian pak turut buta ini sampai rela menyerahkan dirinya untuk diapakan saja oleh idolanya. Berbagai acara TV yang mempertemukan antara idola dan pemujanya sudah ditayangkan. Biasanya digambarkan, bagaimana histerisnya, ketika sang pemuja berjumpa dengan sang idola.
Jadi, kata “idol” memang berkaitan dengan aspek “pemujaan”, “penghormatan”, dan “penyembahan”. Para juara dalam program-program ini akan ditampilkan sebagai “idol”, idola, yang dipuja, dihormati, dan mendapatkan berbagai fasilitas hidup duniawi yang menggiurkan. Pesatnya perkembangan industri showbiz membutuhkan banyak “idol”. Sebagaimana layaknya, dunia showbiz, sosok-sosok pujaan dibangun di atas “realitas kamera” atau “realitas semu”, yang sifatnya temporer, sesuai dengan kebutuhan dunia bisnis hiburan. Di atas realitas inilah dibangun mitos-mitos. Mitos tentang idol, mitos tentang sang pujaan, mitos tentang sang bintang, yang cantik/tampan, berbakat menyanyi, berakting, dan beruntung.
Beginilah ramuan tersebut disodorkan dalam resep yang mujarab dan dengan aroma yang menggoda lagi menggiurkan.
sumber : kompasiana
0 komentar:
Posting Komentar
WHAT IS YOUR OPINION?