Waktu di Temboro awal2 tahun 2000-an , sy pernah dengar dalam bayan
tentang Jamaah Indonesia yg gerak di tanah Hijjaz (Yaman dsk). Salah
satu seorang jamaah yg berasal dari Bandung mimpi berjumpa dengan Nabi
saw. Dalam mimpi tsb, Beliau saw titip salam sama semua pekerja dakwah
yang ada di Indonesia..... Alllahu Akbar
Istilah karkun tidak dikenal di India, Pakistan dan Bangladesh. Di ketiga negara tersebut dikenal dengan istilah “Saathi”. Namun istilah di setiap negara ternyata berbeda-beda, seperti di Yaman dikenal dengan sebutan “Shahibuddakwah ”.
Usaha dakwah ini bukan usaha para karkun saja, namun kerja ini adalah kerjanya seluruh Umat Islam di seluruh dunia. Dengan menyebutkan nama karkun dikhawatirkan akan menjadi kelompok eksklusif bahwa selain karkun adalah bukan golongannya. Maka selanjutnya dikhawatirkan istilah karkun akan menjadi semangat ashshobiyah. Padahal maulana Ilyas rah.a. sangat hati-hati dalam hal ini, sehingga beliau tidak memberi nama jamaah ini maupun sebutan bagi orang yang ambil bagian dalam usaha dakwah ini.
Kerja dakwah ini adalah kerja seluruh Umat Islam, bukan untuk menjadikan seseorang menjadi seorang karkun atau karkunisasi dan membentuk pola pikir karkun (yang salah) atau karkunisme. Usaha dakwah ini adalah usahanya para sahabat sebagaimana dicontohkan oleh baginda RasuluLLah SAW yang sifatnya universal, tidak boleh dikotori oleh semangat kelompok yang bisa dikategorikan sebagai bid’ah dimana karkun “merasa” berada di kelompok yang paling benar (walaupun usaha dakwah ini sudah benar) dan na’udzubiLLah apabila seorang karkun bangga sebagai seorang karkun dan merasa paling benar, padahal seorang karkun yang sejati adalah orang yang tawadhu’ dihadapan Umat sebagaimana para Nabi dan Sahabat walaupun mereka tahu bahwa mereka benar.
Mari kita posisikan istilah karkun pada tempatnya, sebagaimana istilah nabi, rasul dan sahabat. Atau (kalau boleh) menggunakan istilah “saudara” seperti disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Anas bin Malik r.a. RasuluLLah SAW bersabda:
“Alangkah rindunya aku untuk berjumpa dengan saudara-saudara ku.”
Lalu seorang sahabat bertanya, “Bukankah kami-kami ini saudaramu ya
RasuluLLah?” RasuluLLah menjawab, “Benar, kalian adalah sahabat-sahabat ku. Adapun yang kumaksud adalah dengan saudara-saudara ku itu adalah kaum yang datang sesudahku dan beriman kepadaku padahal mereka tidak pernah berjumpa denganku.”
Jadi kalo ada yg nanya ente karkun ? jamaah tabligh ya ? bilang saja : saya bukan karkun, saya org Islam dan jamaah tabligh telah bubar , yg ada cuma usaha dawah warisan Nabi saw !!!
Kita semua Umat Islam adalah saudara-saudara yang beriman kepada RasuluLLah SAW dan sangat dirindukan oleh beliau.
Istilah karkun tidak dikenal di India, Pakistan dan Bangladesh. Di ketiga negara tersebut dikenal dengan istilah “Saathi”. Namun istilah di setiap negara ternyata berbeda-beda, seperti di Yaman dikenal dengan sebutan “Shahibuddakwah
Usaha dakwah ini bukan usaha para karkun saja, namun kerja ini adalah kerjanya seluruh Umat Islam di seluruh dunia. Dengan menyebutkan nama karkun dikhawatirkan akan menjadi kelompok eksklusif bahwa selain karkun adalah bukan golongannya. Maka selanjutnya dikhawatirkan istilah karkun akan menjadi semangat ashshobiyah. Padahal maulana Ilyas rah.a. sangat hati-hati dalam hal ini, sehingga beliau tidak memberi nama jamaah ini maupun sebutan bagi orang yang ambil bagian dalam usaha dakwah ini.
Kerja dakwah ini adalah kerja seluruh Umat Islam, bukan untuk menjadikan seseorang menjadi seorang karkun atau karkunisasi dan membentuk pola pikir karkun (yang salah) atau karkunisme. Usaha dakwah ini adalah usahanya para sahabat sebagaimana dicontohkan oleh baginda RasuluLLah SAW yang sifatnya universal, tidak boleh dikotori oleh semangat kelompok yang bisa dikategorikan sebagai bid’ah dimana karkun “merasa” berada di kelompok yang paling benar (walaupun usaha dakwah ini sudah benar) dan na’udzubiLLah apabila seorang karkun bangga sebagai seorang karkun dan merasa paling benar, padahal seorang karkun yang sejati adalah orang yang tawadhu’ dihadapan Umat sebagaimana para Nabi dan Sahabat walaupun mereka tahu bahwa mereka benar.
Mari kita posisikan istilah karkun pada tempatnya, sebagaimana istilah nabi, rasul dan sahabat. Atau (kalau boleh) menggunakan istilah “saudara” seperti disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Anas bin Malik r.a. RasuluLLah SAW bersabda:
“Alangkah rindunya aku untuk berjumpa dengan saudara-saudara
Jadi kalo ada yg nanya ente karkun ? jamaah tabligh ya ? bilang saja : saya bukan karkun, saya org Islam dan jamaah tabligh telah bubar , yg ada cuma usaha dawah warisan Nabi saw !!!
Kita semua Umat Islam adalah saudara-saudara
0 komentar:
Posting Komentar
WHAT IS YOUR OPINION?