LONDON (Suaramedia) – Para wanita Muslim di Inggris mengambil tempat di jalanan tenggara kota Oxford pada Jumat kemarin, 17 Oktober, untuk berunjuk rasa terhadap wanita pertama yang menjadi Imam sholat Jumat di Inggris. “Perbuatannya sungguh menentang agama Islam”, Maryanne Ramzy berkata dengan nada marah kepada BBC News Online, menunjuk pada seorang profesor wanita Amerika, Amina Wadud, yang menjadi imam pada sholat Jumat yang diadakan Pusat Pendidikan Muslim Oxford.
Sebelum menjadi Imam wanita, Wadud, yang juga pernah melakukan hal yang sama tiga tahun lalu di New York, pernah mengadakan khotbah terbuka bagi jemaat dengan beragam agama.
Jemaat campuran tersebut, diatur oleh MEC, menandai dimulainya pertemuan tentang Islam dan Feminis di kampus Wolfson, Oxford.
Ratusan wanita Muslim berkumpul di depan gedung pertemuan tersebut guna malayangkan unjuk rasa kepada para jemaat Wadud, menolak ajakan pemuka agama Islam untuk tidak berunjuk rasa karena dikhawatirkan akan semakin memancing reaksi publik.
“Kami berada disini untuk menjunjung tinggi budaya kami dan nilai-nilai agama Islam serta menjunjung tinggi ajaran Rasulullah -salam dan damai baginya- “, kata seorang pengunjuk rasa, Aishah Samah.
Inggris telah menjadi rumah bagi setidaknya dua juta umat Muslim. Umat Muslim Inggris mengatakan bahwa isu tentang Imam wanita bukanlah merupakan persamaan gender.
“Posisi wanita dalam tingkatan sosial telah ditentukan”, Mokhtar Badri, wakil presiden Muslim Association of Britain (MAB) berkata kepada BBC. “Kami tidak berniat untuk merendahkan kaum wanita, namun kami rasa ini bukan tanggung jawab mereka”. Samah, seorang pengunjuk rasa, juga mengemukakan hal yang sama.
“Kami para wanita tidak memiliki hak untuk menjadi kepala negara maupun ketua organisasi”, katanya.
“Wanita sangat dijunjung tinggi dalam Islam namun dalam hukum Islam, wanita tidak dapat menjadi Imam”.
Majelis Ulama di Amerika mengeluarkan pernyataan, setelah Wadud menjadi Imam wanita pertamanya di New York, dan menurut persetujuan mufakat bagi seluruh umat, bahwasanya wanita tidak dapat menjadi pemimpin sholat Jumat maupun menyampaikan khotbah. Siapapun yang menjadi bagian dari hal ini, akan dianggap tidak ada.
AMJA mengatakan, tidak pernah ditemukan dalam hukum tertulis manapun bahwa wanita dapat menjadi pemimpin atau menyampaikan khotbah.
Anggapan tersebut adalah suatu penyimpangan dan sebuah tindakan setan, dan dianggap hukum yang tidak pernah ada.
“Ini adalah rahasia Tuhan, bukan milik manusia”.
“Kita seharusnya mantaati apa yang telah diperintahkan Tuhan, dan bukan melanggarnya”
0 komentar:
Posting Komentar
WHAT IS YOUR OPINION?